Selasa, 05 Januari 2016

LAPORAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN HAMA PENYAKIT TERPADU (PHPT)
ACARA I : EKOSISTEM (PADI SAWAH)

OLEH:
Nama : ERNEST ALBERT TAMBA
NPM : E1J012083
Prodi : Agroekoteknologi
Dosen         : Agustin zakarni, SP. M.Si

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2014

I.                   PENDAHULUAN
Dilapisan biosfer ada banyak macam dan bentuk ekosistem yang secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu ekosistem alami dan ekosistem binaan manusia. Ekosistem alami merupakan ekosistem yang pembentukan dan perkembangannya berjalan murni secara alami tanpa campur tangan manusia. Sedangkan ekosistem binaan manusia adalah ekosistem yang proses pembentukan, peruntukan, dan pengembangannya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan manusia sehingga campur tangan atau tindakan manusia menjadi unsur yang sangat dominan. Hutan tropis merupakan salah satu contoh ekosistem alami yang saat ini oleh masyarakat dunia sedang diperjuangkan kelestariannya. Ekosistem pertanian merupakan salah satu bentuk ekosistem binaan manusia yang perkembangannya ditujukan untuk memperoleh produk pertanian yang diperlukan untuk memenuhi keperluan manusia.
Ekosistem sama dengan sistim ekologi sama dengan Mikrocosm, yang berarti tempat dimana kehidupan berlangsung dalam system yang teratur dan mandiri serta saling ketergantungan diantara faktor-faktor penyusunnya untuk mencukupi seluruh kebutuhannya secara sinambung (self-sustained) , yang dapat digambarkan dalam bentuk rantai/jarring makanan.
Dari segi kesinambungan, ada dua komponen ekosistem, yaitu:
1.      Autotrofik, yaitu komponen yang dapat memperbaharui diri secara otomatis, missal factor lingkungan.
2.      Heterotrofik, yaitu komponen ekosistem yang memerlukan input untuk kesinambungan pertumbuhan dan regenerasinya.
Dari segi fungsi, ekosistem dapat dianalisa menurut:
1.      Lingkaran energy.
2.      Rantai makanan
3.      Pola keragaman dan evolusi
4.      Pengendalian (Cybernetics)
Uraian lebih lanjut komponen ekosistem dari segi fungsinya dibahas dalam konsep dasar ekologi.
            Dari segi kehidupan (biologi), ekosistem terdiri dari dua komponen, yaitu factor biotik dan factor abiotik.
a.       Factor abiotic terdiri dari:
A1. Senyawa organic, yaitu senyawa hasil penguraian bahan organic atau sekresi
A2. Senyawa an-organik, yaitu senyawa hasil dekomposisi batuan
A3. Factor lingkungan, yaitu factor fisik, seperti suhu (T), kelembaban (RH) udara dan            tanah, intensitas cahaya (L), kemasaman (pH) tanah dan air, yang semuanya mempengaruhi factor biotic dan membentuk lingkungan ekosistem yang ada.

b.      Factor biotic terdiri dari:
B1. Produsen, yaitu organisme berpigmen yang mampu menyerap energy surya dan mengubahnya menjadi senyawa organic yang dapat digunakan sebagai bahan makanan bagi organisme lain.
B2. Makro- Konsumer, yaitu organisme pemakan bahan organic (Herbivora, karnivora)
B3. Mikro- Konsumer, yaitu organisme (umumnya berukuran mikro), yang menjadi pengurai bahan organic
Dari segi biologi ada 2 tipe dasar Ekosistem:
1.      Mikroekosistem yang langsung dari alam, yang umumnya lebih sederhana.
2.      Ekosistem yang dibangun dengan menambah jenis organisme tertentu dari luar.
Dari segi biologi, ekosistem memiliki 3 aspek, yaitu:
1.      Aspek wadah, yaitu ekosistem sebagai tempat hidup(relung) yang memenuhi persyaratan untuk tumbuh- kembang factor biotic didalamnya.
2.      Aspek persebaran, yaitu sebaran makluk hidup, meliputi fitogeografi dan zoogeografi, serta populasinya.
3.      Aspek hubungan, yaitu interelasi dan intereaksi antar factor biotic dan abiotik yang ada didalamnya.
Apa saja komponen dari suatu ekosistem, bagaimana tingkat populasinya dan bagaimana inter-relasi dan intereaksinya pada kondisi lingkungan fisik yang ada, merupakan focus pembelajaran yang akan didalami pada acara praktikum PHPT ini, dengan mengambil contoh ekosistem pertanian salah satu komoditi unggulan yang ada disekitar kampus dan yang banyak dikembangkan masyarakat.


II.                TUJUAN PRAKTIKUM
1.      Mengukur variabel factor lingkungan pada ekosistem
2.      Mendeteksi keragaman factor biotic pada ekosistem yang diamati
3.      Mengamati perilaku factor biotic dan menentukan perannya dalam ekosistem
4.      Menentukan hubungan (relasi & inter-relasi) antar factor biotic
5.      Menggambarkan daur komponen factor abiotik dalam ekosistem yang diamati
6.      Menggambarkan jaring factor biotic/rantai makanan dalam ekosistem
7.      Membuat kesimpulan kondisi pertanaman dalam konteks PHPT










III.             TINJAUAN PUSTAKA
Istilah ekosistem pertama kali diperkenalkan oleh Tansley (1935) yang mengemukakan bahwa hubungan timbale balik antara makhluk hidup (tumbuhan, hewan, manusia, dan mikroorganisme) dengan factor lingkungan (cahaya, udara, air, tanah, dan sebagainya) di alam, sebenarnya membentuk suatu system yang tidak dapat dipisahkan. Ilmu yang mempelajari tentang ekosistem adalah ekologi. Istilah ekologi pada mulanya dicetuskan oleh seorang pakar biologi Jerman, yaitu Ernest Haeckel, pada tahun 1866. ekologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti rumah dan logos yang berarti ilmu. Secara harfiah, ekologi bias diartikan sebagai ilmu kerumahtanggaan. Pengertian ekologi kemudian berkembang menjadi ilmu yang mempelajari interaksi antarmakhluk hidup dan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Untuk bias memahami konsep ekosistem, maka harus mengerti terlebih dahulu komponen-komponen yang menyusun ekosistem.( Saiful Anam, S.Pd.)
Menurut Price (1982) ada 3 proses utama yang terjadi diekosistem, yaitu:
1.      Aliran energy, proses ini merupakan proses penangkapan dan distribusi energy yang memberikan kekuatan bagi aktivitas kehidupan dibiosfer. Energy adalah kemampuan untuk melakukan kerja dan energilah yang menyebabkan terjadinya semua aktivitas dimuka bumi termasuk aktivitas kehidupan.
2.      Daur biotic, berbeda dengan aliran energy unsure-unsur kimia yang dibutuhkan untuk proses kehidupan tetap berada diekosistem dan tidak dihamburkan keluar kecuali oleh adanya erosi atau pergerakan keluar ekosistem.
3.      Suksesi ekologi, salah satu sifat ekosistem adalah tidak statis dan selalu mengalami perubahan dari keadaan yang sederhana menjadi yang kompleks. Perubahan yang terjadi secara simultan dari saling mempengaruhi baik pada komunitas tetumbuhan dan binatang, maupun komponen lingkungan fisiknya. Perubahan ini biasanya mengikuti urutan dan pola tertentu sehingga dapat diduga sebelumnya.
Menurut paskalis Riberu(2002), fungsinya suatu ekosistem terdiri atas dua komponen:
a) Komponen autotrofik: organisme yang mampu menyediakan atau mensintesis makanannya sendiri berupa bahan organik dan bahan-bahan anorganik dengan bantuan energi matahari atau klorofil. Oleh karena itu semua organisme yang mengandung klorofil disebut organisme autotrofik.
b) Komponen heterotrofik: organisme yang mampu memanfaatkan bahanbahan organik sebagai bahan makanannya. Bahan makanan itu disintesisdan disediakan oleh organisme lain.

Apabila dilihat dari segi penyusunannya, maka dapat dibedakan menjadi
empat komponen yaitu:
a. Bahan tak hidup (abiotik, non hayati): komponen fisik dan kimia, misalnya: tanah, air, matahari, dan lain-lain. Komponen ini merupakan medium (substrat) untuk berlangsungnya kehidupan.
b. Produsen: organisme autotrofik (tumbuhan hijau)
c. Konsumen: organisme heterotrofik, misalnya: manusia, hewan yang makan organisme lainnya.
d. Pengurai (perombak atau dekomposer): organisme heterotrofik yang mengurai bahan organik yang berasal dari organisme mati.

IV.             BAHAN DAN METODE
A.    Bahan dan Alat praktikum
1.      Praktikum dilakukan pada hari minggu pukul 07.30 Wib sampai selesai diLahan pertanian tanaman padi didepan Laboratorium Teknologi Industry Pertanian (TIP).
2.      Alat ukur factor lingkungan (thermometer udara & tanah, pH-meter tanah dan air, hygrometer udara & tanah, luxmeter), lup, jarring serangga, botol bening.
3.      Penuntun praktikum & Borang data.
4.      Buku catatan & Alat tulis (dibawa sendiri oleh masing-masing individu).

B.     Prosedur Kerja:
1.      Sebelum praktikum dimulai, mahasiswa sudah harus membaca materi praktikum dan berada dilokasi praktikum yang telah ditentukan.
2.      Setiap peserta praktikum berkelompok sebanyak 4-5 orang sehingga ada 5 (lima) kelompok dalam setiap shift praktikum, dan mengambil peralatan dengan laboran atau petugas yang telah ditentukan, dan menuju lokasi pengamatan setelah melapor kepada dosen pembimbing praktikum dan mendapatkan titik lokasi pengamatan.
3.      Setiap kelompok praktikum melakukan pengamatan pada titik yang sudah ditentukan, yaitu pada satu bagian dari bentang diagonal dengan 4 (empat) titik pada sudut jajaran genjang dan 1 (satu) titik ditengah.
4.      Pelaksanan pengamatan dipandu oleh borang data yang tersedia.
5.      Setelah selesai pengamatan factor lingkungan (abiotik), peserta praktikum melakukan pengamatan factor biotic (jenis, perilaku, perkembangbiakan, populasi dan peran/fungsi dalam ekosistem).
6.      Menggambarkan relasi & interaksi antar jenis dalam ekosistem.
7.      Menggambarkan daur komponen factor abiotik dalam ekosistem yang diamati.
8.      Menggambarkan jarring factor biotic/ rantai makanan dalam ekosistem.
9.      Mengumpulkan hasil pengamatan kepada dosen pembimbing.
10.  Mengambil kembali borang data untuk bahan penyusun laporan akhir.
11.  Membuat kesimpulan kondisi pertanamandalam konteks PHPT.

V.                HASIL PENGAMATAN
Keterangan lokasi pengamatan           : Persawahan depan Laboratorium TIP.
Nama pemilik pertanaman                  : UNIB (diolah oleh Bapak suparman).
Jenis tanaman                                      : Padi (Oryza sativa).
Luas pertanaman                                 :
Jenis tanaman utama                           : Padi (Oryza sativa).
Jenis tanaman Sela                              :
Tanggal tanam tanaman utama           : 30–Juni–2011.
Tanggal tanaman sela                          :
Bahan Organik:                                                                       Volume pada Titik Pengamatan
                                                            1               2.                 3.                   4.                      5.
Limbah dari tanaman utama   :
Limbah dari tanaman lain
Limbah hewan
Limbah Organik Lain (sebutkan)

Gambar 2. Rantai makanan dalam ekosistem yang diamati
















Kesimpulan kondisi ekosistem pertanaman yang diamati dalam konteks PHPT:

            Pada lahan yang diamati didepan laboratorium TIP terdapat tanaman padi saja tidak diselingi tanaman lainnya. Tanahnya juga merupakan lahan rawa yang tidak memiliki irigasi dan drainase yang kurang baik. Dalam lingkungan lahan padi itu banyak terdapat tumbuhan dan hewan. Tumbuhan selain padi tersebut adalah gulma dan hewan yang disekitar adalah hama walang sangit, belalang dan predator lainnya seperti capung, dan banyak lagi hama dan  predator yang saya tidak ketahui. Penyakit juga ada yang menyerang tanaman padi tersebut seperti bulir yang kosong, batangnya terkena pengerat batang, wereng coklat, dan lainnya. Ini merupakan kondisi lingkungan yang ada dilahan tersebut.




Lampiran Gambar Faktor Biotik

                                  
                   GULMA                                                                          PREDATOR (PACAT)

                                             
                  RELUNG                                                                       HAMA (BELALANG)

                             
    HAMA (WALANG SANGIT)                                                      PREDATOR (CAPUNG)


VI.             PEMBAHASAN
Dari pengamatan yang dilakukan dilapangan, bahwa banyak hama yang terdapat dilahan tersebut, salah satunya adalah belalang, waalang sangit, dll. Predator juga banyak terdapat disana seperti capung, dll. Ini menunjukkan bahwa ekosistem dilahan tersebut baik. Yaitu hubungan timbal balik antara lingkungan dengan makhluk hidup yang ada disekitar lingkungan tersebut. Namun secara umum hewan yang terdapat disana adalah walang sangit dan belalang.
Walang sangit (rice bug) dalam bahasa latinnya Leptocorisa oratorius (Fabricius). Walang sangit merupakan hama yang umum merusak bulir padi pada fase pemasakan. Mekanisme merusaknya yaitu menghisap butiran gabah yang sedang mengisi. Apabila diganggu, serangga akan mempertahankan diri dengan mengeluarkan bau. Selain sebagai mekanisme pertahanan diri, bau yang dikeluarkan juga digunakan untuk menarik walang sangit lain dari spesies yang sama. Walang sangit merusak tanaman ketika mencapai fase berbunga sampai matang susu. Kerusakan yang ditimbulkannya menyebabkan beras berubah warna dan mengapur, serta gabah menjadi hampa.
Hama ini dapat dikendalikan melalui beberapa langkah, seperti:
• mengenendalikan gulma, baik yang ada di sawah maupun yang ada di sekitar pertanaman;
• meratakan lahan dengan baik dan memupuk tanaman secara merata agar tanaman tumbuh seragam;
• menangkap walang sangit dengan menggunakan jaring sebelum stadia pembungaan;
• mengumpan walang sangit dengan ikan yang sudah busuk, daging yang sudah rusak, atau dengan kotoran ayam;
• menggunakan insektisida bila diperlukan dan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari
ketika walang sangit berada di kanopi.
            Belalang dilahan tersebut hamper sama jumlahnya dengan walang sangit. Bermacam-macam bentuk belalang tersebut, ada yang kecil dan besar, ada yang berwarna hijau muda, hijau tua, hingga berwarna gelap. Namun semuanya merupakan pemakan tanaman padi yang ditanam oleh petani. Ada juga dijumpai predator yang merupakan musuh alami hama-hama yang ada dilahan itu seperti capung, dan lainnya yang tidak saya ketahui namanya.
            Para petani menggunakan senyawa kimia yang digunakan untuk mengendalikan hama-hama tersebut. Sehingga mungkin terjadi bahwa predator juga ikut mati akibat pengendalian yang dilakukan petani.
KESIMPULAN

Lokasi pengamatan dilakukan didepan laboratorium teknologi industry pertanian (TIP), yang bagaimana lingkungan tersebut memiliki banyak makhluk hidup yang berperan sebagai hama (belalang, walang sangit, kepik,dll) atau predator (capung,pacat,dll) ,tanaman(padi) atau gulma (rumput-rumputan,dll). Masing-masing makhluk hidup memiliki perannya, hama berperan sebagai musuh manusia yang mengakibatkan penurunan produksi pada tanaman yang dibudidayakan, predator sebagai musuh alami hama, tanaman sebagai usaha manusia untuk melanjutkan kehidupan dan gulma merupakan tumbuhan yang menjadi pesaing tanaman dalam memperoleh unsure hara. Dalam pengamatan dilapangan, bahwa tindakan pengendalian dengan menggunakan kimia adalah alternative terakhir. Saat ini cukup dengan pengendalian bercocok tanam dan pengendalian hayati.


SARAN
1.      Dalam melakukan pengamatan dilapangan agar semua praktikan dapat brangkat bersama-sama karena jika dengan berangkat sendiri-sendiri akan memperlambat memulai pengamatan karena ada teman yang tidak tahu lokasi pengatan sehingga terlambat.
2.      Praktikum dilakukan pada saat jadual perkuliahan, karena jika hari minggu diadakan akan membuat saya tidak dapat kebaktian atau kegereja. trimakasih











DAFTAR PUSTAKA

Untung Kasumbogo, 2001. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Price, P. W. 1982. Insect Ecology. Secon Edition. Wiley Interscience. New York. 514 hal.

Riberu Paskalis. 2002. Jurnal Pendidikan Penabur. Jakarta.


Anam Saiful. IPA kelas 3 SMK PGRI Singosari.