LAPORAN
PRAKTIKUM PENGELOLAAN HAMA PENYAKIT TERPADU (PHPT)
ACARA
I : EKOSISTEM (PADI SAWAH)

OLEH:
Nama : ERNEST
ALBERT TAMBA
NPM : E1J012083
Prodi : Agroekoteknologi
Dosen : Agustin zakarni, SP. M.Si
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2014
I.
PENDAHULUAN
Dilapisan biosfer ada banyak macam dan bentuk
ekosistem yang secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu
ekosistem alami dan ekosistem binaan manusia. Ekosistem alami merupakan
ekosistem yang pembentukan dan perkembangannya berjalan murni secara alami
tanpa campur tangan manusia. Sedangkan ekosistem binaan manusia adalah
ekosistem yang proses pembentukan, peruntukan, dan pengembangannya ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan manusia sehingga campur tangan atau tindakan manusia menjadi
unsur yang sangat dominan. Hutan tropis merupakan salah satu contoh ekosistem
alami yang saat ini oleh masyarakat dunia sedang diperjuangkan kelestariannya.
Ekosistem pertanian merupakan salah satu bentuk ekosistem binaan manusia yang
perkembangannya ditujukan untuk memperoleh produk pertanian yang diperlukan
untuk memenuhi keperluan manusia.
Ekosistem sama dengan sistim ekologi sama dengan Mikrocosm,
yang berarti tempat dimana kehidupan berlangsung dalam system yang teratur dan
mandiri serta saling ketergantungan diantara faktor-faktor penyusunnya untuk
mencukupi seluruh kebutuhannya secara sinambung (self-sustained) , yang dapat digambarkan dalam bentuk
rantai/jarring makanan.
Dari segi kesinambungan, ada dua komponen
ekosistem, yaitu:
1. Autotrofik,
yaitu komponen yang dapat memperbaharui diri secara otomatis, missal factor
lingkungan.
2. Heterotrofik,
yaitu komponen ekosistem yang memerlukan input untuk kesinambungan pertumbuhan
dan regenerasinya.
Dari segi fungsi, ekosistem dapat dianalisa menurut:
1. Lingkaran
energy.
2. Rantai
makanan
3. Pola
keragaman dan evolusi
4. Pengendalian
(Cybernetics)
Uraian
lebih lanjut komponen ekosistem dari segi fungsinya dibahas dalam konsep dasar
ekologi.
Dari segi kehidupan (biologi),
ekosistem terdiri dari dua komponen, yaitu factor biotik dan factor abiotik.
a. Factor
abiotic terdiri dari:
A1.
Senyawa organic, yaitu senyawa hasil penguraian bahan organic atau sekresi
A2.
Senyawa an-organik, yaitu senyawa hasil dekomposisi batuan
A3.
Factor lingkungan, yaitu factor fisik, seperti suhu (T), kelembaban (RH) udara
dan tanah, intensitas cahaya
(L), kemasaman (pH) tanah dan air, yang semuanya mempengaruhi factor biotic dan
membentuk lingkungan ekosistem yang ada.
b. Factor
biotic terdiri dari:
B1. Produsen, yaitu organisme berpigmen yang mampu
menyerap energy surya dan mengubahnya menjadi senyawa organic yang dapat
digunakan sebagai bahan makanan bagi organisme lain.
B2. Makro- Konsumer, yaitu organisme pemakan bahan
organic (Herbivora, karnivora)
B3. Mikro- Konsumer, yaitu organisme (umumnya
berukuran mikro), yang menjadi pengurai bahan organic
Dari
segi biologi ada 2 tipe dasar Ekosistem:
1. Mikroekosistem
yang langsung dari alam, yang umumnya lebih sederhana.
2. Ekosistem
yang dibangun dengan menambah jenis organisme tertentu dari luar.
Dari
segi biologi, ekosistem memiliki 3 aspek, yaitu:
1. Aspek
wadah, yaitu ekosistem sebagai tempat hidup(relung) yang memenuhi persyaratan
untuk tumbuh- kembang factor biotic didalamnya.
2. Aspek
persebaran, yaitu sebaran makluk hidup, meliputi fitogeografi dan zoogeografi,
serta populasinya.
3. Aspek
hubungan, yaitu interelasi dan intereaksi antar factor biotic dan abiotik yang
ada didalamnya.
Apa
saja komponen dari suatu ekosistem, bagaimana tingkat populasinya dan bagaimana
inter-relasi dan intereaksinya pada kondisi lingkungan fisik yang ada,
merupakan focus pembelajaran yang akan didalami pada acara praktikum PHPT ini,
dengan mengambil contoh ekosistem pertanian salah satu komoditi unggulan yang
ada disekitar kampus dan yang banyak dikembangkan masyarakat.
II.
TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengukur
variabel factor lingkungan pada ekosistem
2. Mendeteksi
keragaman factor biotic pada ekosistem yang diamati
3. Mengamati
perilaku factor biotic dan menentukan perannya dalam ekosistem
4. Menentukan
hubungan (relasi & inter-relasi) antar factor biotic
5. Menggambarkan
daur komponen factor abiotik dalam ekosistem yang diamati
6. Menggambarkan
jaring factor biotic/rantai makanan dalam ekosistem
7. Membuat
kesimpulan kondisi pertanaman dalam konteks PHPT
III.
TINJAUAN PUSTAKA
Istilah ekosistem pertama kali diperkenalkan oleh
Tansley (1935) yang mengemukakan bahwa hubungan timbale balik antara makhluk
hidup (tumbuhan, hewan, manusia, dan mikroorganisme) dengan factor lingkungan
(cahaya, udara, air, tanah, dan sebagainya) di alam, sebenarnya membentuk suatu
system yang tidak dapat dipisahkan. Ilmu yang mempelajari tentang ekosistem
adalah ekologi. Istilah ekologi pada mulanya dicetuskan oleh seorang pakar
biologi Jerman, yaitu Ernest Haeckel, pada tahun 1866. ekologi berasal dari bahasa
Yunani, yaitu oikos yang berarti rumah dan logos yang berarti ilmu. Secara
harfiah, ekologi bias diartikan sebagai ilmu kerumahtanggaan. Pengertian
ekologi kemudian berkembang menjadi ilmu yang mempelajari interaksi
antarmakhluk hidup dan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Untuk bias
memahami konsep ekosistem, maka harus mengerti terlebih dahulu
komponen-komponen yang menyusun ekosistem.( Saiful Anam, S.Pd.)
Menurut
Price (1982) ada 3 proses utama yang terjadi diekosistem, yaitu:
1. Aliran
energy, proses ini merupakan proses penangkapan dan distribusi energy yang
memberikan kekuatan bagi aktivitas kehidupan dibiosfer. Energy adalah kemampuan
untuk melakukan kerja dan energilah yang menyebabkan terjadinya semua aktivitas
dimuka bumi termasuk aktivitas kehidupan.
2. Daur
biotic, berbeda dengan aliran energy unsure-unsur kimia yang dibutuhkan untuk
proses kehidupan tetap berada diekosistem dan tidak dihamburkan keluar kecuali
oleh adanya erosi atau pergerakan keluar ekosistem.
3. Suksesi
ekologi, salah satu sifat ekosistem adalah tidak statis dan selalu mengalami
perubahan dari keadaan yang sederhana menjadi yang kompleks. Perubahan yang
terjadi secara simultan dari saling mempengaruhi baik pada komunitas tetumbuhan
dan binatang, maupun komponen lingkungan fisiknya. Perubahan ini biasanya
mengikuti urutan dan pola tertentu sehingga dapat diduga sebelumnya.
Menurut
paskalis Riberu(2002), fungsinya suatu ekosistem terdiri atas dua komponen:
a)
Komponen autotrofik: organisme yang mampu menyediakan atau mensintesis
makanannya sendiri berupa bahan organik dan bahan-bahan anorganik dengan
bantuan energi matahari atau klorofil. Oleh karena itu semua organisme yang
mengandung klorofil disebut organisme autotrofik.
b)
Komponen heterotrofik: organisme yang mampu memanfaatkan bahanbahan organik
sebagai bahan makanannya. Bahan makanan itu disintesisdan disediakan oleh
organisme lain.
Apabila
dilihat dari segi penyusunannya, maka dapat dibedakan menjadi
empat
komponen yaitu:
a.
Bahan tak hidup (abiotik, non hayati): komponen fisik dan kimia, misalnya: tanah,
air, matahari, dan lain-lain. Komponen ini merupakan medium (substrat) untuk
berlangsungnya kehidupan.
b.
Produsen: organisme autotrofik (tumbuhan hijau)
c.
Konsumen: organisme heterotrofik, misalnya: manusia, hewan yang makan organisme
lainnya.
d.
Pengurai (perombak atau dekomposer): organisme heterotrofik yang mengurai bahan
organik yang berasal dari organisme mati.
IV.
BAHAN DAN METODE
A. Bahan
dan Alat praktikum
1. Praktikum
dilakukan pada hari minggu pukul 07.30 Wib sampai selesai diLahan pertanian
tanaman padi didepan Laboratorium Teknologi Industry Pertanian (TIP).
2. Alat
ukur factor lingkungan (thermometer udara & tanah, pH-meter tanah dan air,
hygrometer udara & tanah, luxmeter), lup, jarring serangga, botol bening.
3. Penuntun
praktikum & Borang data.
4. Buku
catatan & Alat tulis (dibawa sendiri oleh masing-masing individu).
B. Prosedur
Kerja:
1. Sebelum
praktikum dimulai, mahasiswa sudah harus membaca materi praktikum dan berada
dilokasi praktikum yang telah ditentukan.
2. Setiap
peserta praktikum berkelompok sebanyak 4-5 orang sehingga ada 5 (lima) kelompok
dalam setiap shift praktikum, dan mengambil peralatan dengan laboran atau
petugas yang telah ditentukan, dan menuju lokasi pengamatan setelah melapor
kepada dosen pembimbing praktikum dan mendapatkan titik lokasi pengamatan.
3. Setiap
kelompok praktikum melakukan pengamatan pada titik yang sudah ditentukan, yaitu
pada satu bagian dari bentang diagonal dengan 4 (empat) titik pada sudut
jajaran genjang dan 1 (satu) titik ditengah.
4. Pelaksanan
pengamatan dipandu oleh borang data yang tersedia.
5. Setelah
selesai pengamatan factor lingkungan (abiotik), peserta praktikum melakukan
pengamatan factor biotic (jenis, perilaku, perkembangbiakan, populasi dan
peran/fungsi dalam ekosistem).
6. Menggambarkan
relasi & interaksi antar jenis dalam ekosistem.
7. Menggambarkan
daur komponen factor abiotik dalam ekosistem yang diamati.
8. Menggambarkan
jarring factor biotic/ rantai makanan dalam ekosistem.
9. Mengumpulkan
hasil pengamatan kepada dosen pembimbing.
10. Mengambil
kembali borang data untuk bahan penyusun laporan akhir.
11. Membuat
kesimpulan kondisi pertanamandalam konteks PHPT.
V.
HASIL PENGAMATAN
Keterangan
lokasi pengamatan : Persawahan
depan Laboratorium TIP.
Nama
pemilik pertanaman : UNIB
(diolah oleh Bapak suparman).
Jenis
tanaman :
Padi (Oryza sativa).
Luas
pertanaman :
Jenis
tanaman utama :
Padi (Oryza sativa).
Jenis
tanaman Sela :
Tanggal
tanam tanaman utama :
30–Juni–2011.
Tanggal
tanaman sela :
Bahan Organik: Volume
pada Titik Pengamatan
1
2. 3. 4. 5.
Limbah dari tanaman utama :
Limbah dari tanaman lain
Limbah hewan
Limbah
Organik Lain (sebutkan)
Gambar
2. Rantai makanan dalam ekosistem yang diamati
Kesimpulan
kondisi ekosistem pertanaman yang diamati dalam konteks PHPT:
Pada lahan yang diamati didepan
laboratorium TIP terdapat tanaman padi saja tidak diselingi tanaman lainnya.
Tanahnya juga merupakan lahan rawa yang tidak memiliki irigasi dan drainase
yang kurang baik. Dalam lingkungan lahan padi itu banyak terdapat tumbuhan dan
hewan. Tumbuhan selain padi tersebut adalah gulma dan hewan yang disekitar
adalah hama walang sangit, belalang dan predator lainnya seperti capung, dan
banyak lagi hama dan predator yang saya
tidak ketahui. Penyakit juga ada yang menyerang tanaman padi tersebut seperti
bulir yang kosong, batangnya terkena pengerat batang, wereng coklat, dan
lainnya. Ini merupakan kondisi lingkungan yang ada dilahan tersebut.
Lampiran Gambar Faktor Biotik


GULMA PREDATOR
(PACAT)


RELUNG HAMA (BELALANG)


HAMA (WALANG SANGIT) PREDATOR
(CAPUNG)
VI.
PEMBAHASAN
Dari pengamatan yang dilakukan
dilapangan, bahwa banyak hama yang terdapat dilahan tersebut, salah satunya
adalah belalang, waalang sangit, dll. Predator juga banyak terdapat disana
seperti capung, dll. Ini menunjukkan bahwa ekosistem dilahan tersebut baik.
Yaitu hubungan timbal balik antara lingkungan dengan makhluk hidup yang ada
disekitar lingkungan tersebut. Namun secara umum hewan yang terdapat disana
adalah walang sangit dan belalang.
Walang
sangit (rice bug) dalam bahasa latinnya Leptocorisa oratorius (Fabricius). Walang sangit merupakan hama yang umum merusak bulir padi pada fase pemasakan. Mekanisme merusaknya yaitu menghisap
butiran gabah yang sedang
mengisi. Apabila diganggu, serangga
akan mempertahankan diri dengan mengeluarkan
bau. Selain sebagai mekanisme pertahanan
diri, bau yang dikeluarkan juga digunakan
untuk menarik walang sangit lain dari spesies
yang sama. Walang sangit merusak tanaman
ketika mencapai fase berbunga sampai matang
susu. Kerusakan yang ditimbulkannya menyebabkan
beras berubah warna dan mengapur, serta
gabah menjadi hampa.
Hama ini dapat dikendalikan melalui beberapa langkah, seperti:
• mengenendalikan gulma, baik yang ada di sawah maupun yang ada di
sekitar pertanaman;
• meratakan lahan dengan baik dan memupuk tanaman secara merata
agar tanaman tumbuh seragam;
• menangkap walang sangit dengan menggunakan jaring sebelum stadia
pembungaan;
• mengumpan walang sangit dengan ikan yang sudah busuk, daging
yang sudah rusak, atau dengan kotoran ayam;
• menggunakan insektisida bila diperlukan dan sebaiknya dilakukan
pada pagi atau sore hari
ketika walang sangit berada di kanopi.
Belalang dilahan
tersebut hamper sama jumlahnya dengan walang sangit. Bermacam-macam bentuk
belalang tersebut, ada yang kecil dan besar, ada yang berwarna hijau muda,
hijau tua, hingga berwarna gelap. Namun semuanya merupakan pemakan tanaman padi
yang ditanam oleh petani. Ada juga dijumpai predator yang merupakan musuh alami
hama-hama yang ada dilahan itu seperti capung, dan lainnya yang tidak saya
ketahui namanya.
Para petani
menggunakan senyawa kimia yang digunakan untuk mengendalikan hama-hama
tersebut. Sehingga mungkin terjadi bahwa predator juga ikut mati akibat
pengendalian yang dilakukan petani.
KESIMPULAN
Lokasi pengamatan dilakukan didepan laboratorium teknologi
industry pertanian (TIP), yang bagaimana lingkungan tersebut memiliki banyak
makhluk hidup yang berperan sebagai hama (belalang, walang sangit, kepik,dll)
atau predator (capung,pacat,dll) ,tanaman(padi) atau gulma
(rumput-rumputan,dll). Masing-masing makhluk hidup memiliki perannya, hama
berperan sebagai musuh manusia yang mengakibatkan penurunan produksi pada
tanaman yang dibudidayakan, predator sebagai musuh alami hama, tanaman sebagai
usaha manusia untuk melanjutkan kehidupan dan gulma merupakan tumbuhan yang
menjadi pesaing tanaman dalam memperoleh unsure hara. Dalam pengamatan
dilapangan, bahwa tindakan pengendalian dengan menggunakan kimia adalah
alternative terakhir. Saat ini cukup dengan pengendalian bercocok tanam dan
pengendalian hayati.
SARAN
1.
Dalam
melakukan pengamatan dilapangan agar semua praktikan dapat brangkat
bersama-sama karena jika dengan berangkat sendiri-sendiri akan memperlambat
memulai pengamatan karena ada teman yang tidak tahu lokasi pengatan sehingga
terlambat.
2.
Praktikum
dilakukan pada saat jadual perkuliahan, karena jika hari minggu diadakan akan
membuat saya tidak dapat kebaktian atau kegereja. trimakasih
DAFTAR PUSTAKA
Untung Kasumbogo, 2001. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Price, P. W. 1982. Insect Ecology. Secon Edition. Wiley
Interscience. New York. 514 hal.
Riberu Paskalis. 2002. Jurnal Pendidikan Penabur. Jakarta.
Anam Saiful. IPA kelas 3 SMK PGRI
Singosari.